watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Paha buguru pancasila

Namaku Arif, ini adalah kisah yang baru
saja aku alami. Aku adalah siswa dari
salah satu SMA negeri terkenal. Saat ini
aku duduk di kelas tiga jurusan IPS.
Memasuki tahun 2007 berarti persiapan
buatku untk lebih serius belajar
menghadapi ujian akhir. Aku tahu aku
tidak begitu pintar, maka itu aku selalu
mencari cara agar guru-guru bisa
membantuku dengan nilai. Cara yang
aku gunakan adalah selalu mengajukan
diri untuk menjadi kordinator pelajaran di
sekolah.
Pengalaman menjadi kordinator di kelas
tiga inilah yang membawa diriku ke
pengalaman yang tak akan pernah
kulupakan seumur hidup. Awalnya aku
biasa-biasa saja ketika mendengar aku
dipilih menjadi koordinator pelajaran
Pendidikan Pancasila. Namun lama-lama
aku senang karena ternyata bu Mumum
lah yang kembali mengajar kelasku. Ya,
bu Mumum adalah guru pancasila saat
aku kelas 2. Di kelas 2, bu Mumum
sering jadi bahan bisik-bisik teman-
teman laki2 ku. Bagaimana tidak, di
kelasku itu, meja guru yang menghadap
ke arah murid-murid, di depannya
biasanya khan tertutup, sehingga kaki
guru tidak terlihat dari arah murid, nah,
di kelasku mejanya depannya tidak
tertutup, jadi setiap guru yang duduk
selalu kelihatan kaki dan posisi duduknya.
Diantara semua guru, bu Yosi, bu
Rahma, bu Tati dan sebagainya, mereka
semua sadar akan keadaan meja itu dan
sadar bagaimana harus duduk di kursi
itu, hanya bu Mumum mutmainah lah
yang tidak sadar. Beliau selalu mngajar
sambil duduk dan memberikan pelajaran
mengenai moral pancasila. Bu Mumum
tidak sadar, jika ia duduk selalu agak
mengangkang dan hampir setiap dia
mengajar anak-anak cowo selalu
memaksa duduk di depan supaya bisa
lebih jelas melihat paha bu Mumum dan
celana dalamnya yang berwarna krem.
Banyak teman-teman yang diam-diam
mengambil foto selangkangan bu
Mumum dari bawah meja dengan
Handphone, namun hasilnya selalu tidak
memuaskan karena gelap. Aku pun
termasuk salah seorang dari mereka
yang selalu horny lihat paha bu
Mumum. Bu Mumum berusia 43 tahun,
dari logat bicaranya, beliau orang sunda.
Kulitnya putih agak keriput dan
kemerahan. Semakin dia tidak memakai
make-up, semakin nafsu teman-
temanku melihatnya. Karena kulitnya
menjadi agak mengkilat.
Kembali ke ceritaku, aku pun semakin
sering berkomunikasi dengan bu
Mumum. Dan aku mencari cara agar aku
bisa menarik perhatiannya. Sisi positifnya
membuat aku terpaksa membaca-baca
hal-hal soal moral dan pancasila dan
berusaha mencari-cari pertanyaan untuk
sekedar aku tanyakan kepada bu
Mumum. Ini supaya bisa menjadi alasan
untukku lebih dekat dengannya. Jika
berbicara lebih dekat dengan bu
Mumum, aku lihat dari dekat kulitnya
yang putih agak berbintik kemerahan
dan keriput sedikit disana sini. Pantas
saja bu Mumum selalu memakai bedak
karena kulitnya akan mengkilat dan
berminyak jika polos. Namun semakin
membuatku bernafsu, karena pikiran ku
udah terkotori dengan pengalaman saat
kelas dua.
Semaksimal mungkin kubukat bu
Mumum berpikiran bahwa aku adalah
siswa yang sangat tertarik dengan apa
yang ia ajarkan, walaupun sebenarnya
tujuanku adalah dekat dengan dirinya.
Suatu hari aku bertanya apakah aku
boleh meminjam beberapa buku
mengenai nasionalisme yang sering bu
Mumum ceritakan padaku. Bu Mumum
bilang boleh saja, kalau mau ke rumah.
Yes! akhirnya berhasil strategiku. Bu
Mumum memberikan alamat rumahnya
yang berada di Perumnas dekat SMA tiga
di kotaku. Malamnya aku tidak bisa tidur,
mengatur rencana seperti apa nanti kalau
aku di rumah bu Mumum, mudah-
mudahan suaminya belum pulang.
Besok aku akan ke rumah bu Mumum
sepulang sekolah, kudengar suami bu
Mumum PNS di departemen pendidikan
daerah, mudah-mudahan suaminya
belum pulang sekitar jam dua sampai
jam empat.
Esoknya sepulang sekolah aku langsung
ke rumah bu Mumum. Tak disangka,
saat aku sedang menyetop angkot untuk
pergi ke rumah bu Mumum, ternyata bu
Mumum juga tengah menunggu angkot.
“Eh, Rif, mo krumah ibu? ya sudah
bareng saja”, aku senang sekali aku bisa
pergi sama bu Mumum. Aku duduk
bersebelahan bu Mumum di kursi depan
angkot. Ooh, pahaku bersentuhan
dengan pahanya yang mulus, aku takut
ketahuan kalau penisku sudah mulai
mengeras, maka aku tutupi dengan
tasku. Sepanjang perjalanan bu Mumum
cerita tentang keluarganya dan terkadang
sedikit menanyakan tentang keluargaku.
Aku berbohong bahwa aku sudah lama
tidak mendapat kasih sayang seorang
ibu, karena aku hidup terpisah, lalu aku
bilang senang karena aku merasa bisa
mendapatkan kenyamanan jika berbicara
dan ngobrol dengan bu Mumum,
rasanya bu Mumum sudah kuanggap
ibu sendiri. Bu Mumum terharu dan
Memegang tanganku!! Kata beliau, beliau
senang mendengarnya lagian
menurutnya aku anak yang baik. Dalam
benakku, ya, aku memang anak “baik”,
yang siap menikmati tubuh ibu. Aduh
penisku sampai keluar pelumas saat itu,
basah sekali.
Dua puluh menit kemudian, sampailah
kami di rumah beliau. Ternyata
dugaanku benar, tidak ada seorangpun
di rumah beliau. Aku dipersilahkan
duduk di ruang tamu. Bu Mumum bilang
tunggu sebentar untuk ganti baju. Ganti
baju??! dalam benakku aduh ingin sekali
aku mengintip beliau ganti baju. Aku
deg-degan, mataku mengarah kemana
bu Mumum pergi. Beberapa menit bu
Mumum keluar. Masih memakai baju
gurnya sambil membawa buku. Yah,
ternyata hari itu belum waktunya
untukku, tapi ini adalah awal dari
pengalaman yang sebenarnya.
Sejak itu aku jadi sering ke rmah bu
Mumum dan kenal dengan keluarganya.
Akhirnya puncak pegalaman ini, saat aku
pura-pura menangis sedih frustasi akibat
ayahku mau menikah lagi dan aku tidak
setuju, karena itu ayahku mengusirku
dan tidak boleh pulang ke rumah. Tentu
saja ceritanya aku karang sendiri. Bu
Mumum sangat bersimpati padaku, saat
aku cerita panjang lebar di rumahnya
tidak ada siapa-siapa, bu Mumum saat
itu memakai daster dan tanpa make-up
duduk disebelaku sambil memegang
pundakku. Aku menangis pura-pura, bu
Mumum menenangkan ku dengan
memelukku.
Mmh, aku menyentuh pinggiran
payudara bu Mumum. Akhirnya aku
mencium aroma tubuhnya. Aku
mempererat pelukanku dan kepalaku aku
sandarkan di leher bu Mumum. aku bisa
menghirup aroma lehernya. Bu Mumum
memelukku erat pula. Secara nekat
kuberanikan diriku untuk mencium pipi
bu Mumum secara lembut. Dan bilang
kalau aku minta maaf tapi aku merasa
cuma bisa tenang jika dekat ibu
Mumum. Bu Mumum bilang tidak apa-
apa. Aku pun memberanikan mencium
pipinya lagi, tapi kali ini lebih dekat ke
pinggiran bibir, cukup lama kutempelkan
bibirku di pinggiran bibirnya. Bu
Mumum diam saja sambil terus
memelukku dan mengelus-elus
punggunggu sambil menenangkan.
Apakah bu Mumum terasa bahwa
penisku yang sudah menegang
kutempelkan di pahanya. Ku coba
menggesek-gesekkan perlahan penisku
ke paha bu Mumum. Bu Mumum tahu.
Namun beliau diam saja. Aku pegang
pipi beliau, tentunya air mataku masih
mengalir, sambil aku lekatkan bibirku
dengan bibirnya sambil berkata “Ibu…”,
bibir bu Mumum tidak terbuka, beliau
tetap diam, walaupun bibirku bergerak-
gerak mencium bibirnya. Berbarengan
dengan itu, aku tekan dan gesekkan terus
penisku yang sudah basah ke paha bu
Mumum. Kami berdua duduk di sofa. Bu
Mumum tahu aku sedang apa dan beliau
diam saja, mebiarkan ku beronani
dengan menggunakan paha dan bibirnya
sebagai media masturbasiku. Aku gesek-
gesekkan terus dan terus, bu Mumun
tampaknya memejamkan mata dan tidak
berkata apa-apa. OOh pembaca,
wajahnya aku ciumi, nafasnya aku hirup,
dan pahanya yang besar dan lembut aku
tekan-telan dengan penis, gesek terus..
Ooh..terus… Dan akhirnya ouuhh.. Cepat
sekali aku ejakulasi.
Aku pun lemas sambil memeluk ibu
Mumum yang hampir posisinya
setengah tertidur di sofa akibat aku tekan
terus. Bu Mumum pelan-pelan bilang,
“udah..? hm?”, kata bu Mumum pelan
dan terdengar sayang sekali denganku.
Aku minta maaf sekali lagi dan bu
Mumum bilang ia mengerti.
Tentunya setelah kejadian itu, aku
semakin dekat dengan ibu, sampai detik
ini.. Suaminya dan teman-temanku tidak
tahu hubungan kami. Walaupun aku
belum sampai berhubungan seks
dengan bu Mumum, namun bu
Mumum selalu tahu dan bersedia
menjadi media onaniku, dengan syarat
pakaian kami masih kami kenakan, bu
Mumum hanya menyediakan pahanya
dan memperbolehkan aku menindihnya
dan menekan-nekan penisku ke paha
dekat selangkangannya sampai aku
dapat klimaks. Maka itu, aku selalu
membawa celana dalam cadangan saat
aku bilang ke bu Mumum kalau aku ingin
ke rumah ibu Mumum. Bu Mumum, arif
sayang sama ibu. Biarlah arif tidak
berhubungan seks dengan ibu tapi
adanya ibu cukup membuat Arif
bahagia. Bisa klimaks di atas tubuh ibu
dan mencium bibir ibu…


Adult | GO HOME | Exit
1/1747
U-ON

inc Powered by Xtgem.com